Selasa, 26 Mei 2015

Gadis kecil itu setengah berlari menuju rumahnya, rintik gerimis yang cukup lebat membuat tubuh kecilnya basah dia kedinginan dia ingin segera sampai dirumah dan bersembunyi didalam selimut nya.
"Assalamualaikum.." sepertinya tidak ada yang menjawab ucapan salam nya, setelah melepaskan sepatu nya gadis itu pun memasuki rumahnya didapatinya sang nenek yang sedang menjahit, "Lana sudah pulang? kok nenek tidak dengar ucapan salam dari Lana ya?" Lana si gadis kecil itu tersenyum sambil mencium tangan nenek yang amat disayangi nya "Iya nek, Lana tadi ngucap salam nya terlalu pelan jadi nenek tidak dengar deh, masak apa nek, Lana lapar?" Ya, tentu saja Lana berbohong ia tidak mau menyinggung perasaan neneknya dengan mengatakan bahwa neneknya yang karena umur pendengarannya sudah tidak sebaik saat muda, neneknya memang sudah tua bahkan sudah cukup tua bagi Lana untuk membesarkan Lana seorang diri, dengan menjahit dan membuka toko kelontong dirumah yang menjadi mata pencariannya Lana merasa tidak tega melihat neneknya harus menanggung beban hidup nya dan pendidikan Lana, seandainya Lana sudah bisa bekerja dia tak mau neneknya bekerja lagi, nenek nya harus istirahat dan bahagia di masa senja nya. Tanpa Lana tahu bahwa nenek Ami sangat bahagia mengurus hidup Lana,

Ingatan Lana berlalu ke delapan tahun yang lalu..
'Sandra kau tidak bisa lakukan ini, bagaimanapun juga kau tetap harus bertanggung jawab atas putrimu!" Nenek Ami berkata keras "Tidak bu, Sandra mau mengejar cita-cita dan kebahagiaan Sandra sendiri, kalau Sandra bawa Lana ke kota dia bisa merepotkan Sandra" Sandra begitu keras kepala, diapun meninggalkan Lana bersama nenek Ami dengan alasan mencari kehidupan yang lebih baik dikota, selepas kematian Ayah Lana, hidup mereka memang semakin sulit, Snadra adalah seorang wanita muda nan cantik yang cukup pintar, diusianya kala itu 26th dia sudah menjadi seorang Ibu untuk anak berumur 10th, namun penampilannya tidak nampak layaknya seorang Ibu, dia terlihat lebih muda dari usianya, masih segar, masih cantik, dan bahkan seperti gadis kisaran 20th. Dengan bekal keberanian Sandra pergi meninggalkan ibu dan putri nya, ia berjanji akan menjemput mereka jika sudah berhasil hidup dikota, tapi hingga 10th berlalu Sandra tak pernah kembali, kabar nya pun tak pernah terdengar, Nenek Ami selalu berusaha mencari kabar Sandra kepada para tetangga yang bekerja dikota kalau kalau mereka ada yang bertemu dengan Sandra, tetapi hasilnya nihil, sampai nenek akhirnya pasrah dan hanya mengirimkan doa agar Sandra diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa. Lana sendiri seperti sudah kehilangan rasa sedihnya, sering dimalam sebelum tidur ia merindukan sosok Sandra, berharap akan menemani tidurnya mengusap kepalanya layaknya seorang Ibu yang perhatian, tapi Lana akhirnya mengerti bahwa hidup memang punya jalannya sendiri, mungkin Lana memang sudah harus cukup puas dengan kasih sayang yang didapat dari Nenek Ami saat ini.

~Kembali ke masa sekarang..
 "belum sempat masak Lana maaf, ini jahitannya cukup banyak pesanan Bu Ira" Lana menghampiri beberapa lipatan bahan berwarna hijau milik Bu Ira tersebut kainnya sangat cantik pasti mahal gumam Lana, tentu saja bu Ira kan salah satu orang cukup kaya didesa ini, "yasudah nek gapapa, Lana masak nasi goreng deh, nenek udah makan belum? Lana buatin juga ya?" ujar Lana, betapa dia begitu memahami neneknya yang cukup lelah, Nenek Ami hanya mengangguk tanpa mengucap sepatah katapun.

Kelulusan tiba, kini Lana sudah mengenggam ijazah SMA nya, ia berharap banyak dari ijazah tersebut untuk membawanya pada pekerjaan yang yang ia inginkan. Langkahnya cukup cepat menuju rumahnya, ia ingin memamerkan nilai-nilai yang tertera dalam ijazah itu pada nenek Ami. Ada yang berbeda dari rumahnya, banyak orang disana Lana mencoba menebak apa yang tengah terjadi apa ini karena kelulusan nya? Tidak mungkin, tiba-tiba Lana teringat akan nenek, tadi padi ketika Lana hendak berangkat ke sekolah, nenek Ami memang kurang sehat badannya cukup lemas. Lana berlari memasuki kediamannya, dia terpaku didepan pintu mendapati kenyataan yang dia lihat. Nenek Ami sudah berbaring ditengah kerumunan para warga yang tengah berdoa, Iya! Nenek Ami telah  pergi! Pergi meninggalkan Lana terlebih dahulu kedunia yang sebenarnya! Lana menangis sangat keras ia meraung berteriak memanggil neneknya, berharap sang nenek akan mendengar dan terbangun mendengar jeriitannya, Lana berteriak-berteriak sampai kemudian Lana tidak bisa lagi mendengar suara tangisannya sendiri. Ia pingsan.

Ketujuh hari setelah kematian sang nenek, Lana masih belum bisa percaya. Nenek Ami meninggal karena terjatuh dari di kamar mandi begitu keterangan yang didapatkannya dari tetangga yang mengurus jenazah nenek Ami saat itu. Lana sangat terpukul, amat sangat terpukul, dia baru saja merancang kebahagiaan-kebahagiaan yang akan dia lakukan bersama sang nenek, namun sepertinya Lana tak punya kesempatan, tugas nenek Ami telah selesai, kini Lana harus mandiri, hidup sebatang kara dan harus tetap bertahan hidup betapapun sulitnya, Ya, Harus!

Lana terbangun, suasana kota ini tak begitu bersahabat untuknya. Sudah dua minggu Lana tinggal disini tapi dia belum juga merasa nyaman dengan keadaan baru disini, baginya suasananya terlalu bising Lana tidak begitu menyukainya, namun dia harus menjalaninya. Ya, kini Lana tinggal bersama Rani, kakak kelasnya di SMP dulu, Rani tak seberuntung dirinya, begitu lulus SMP ia langsung merantau ke kota menjadi pelayan disebuaah restaurant kini dia mengajak Lana untuk bekerja bersama dengannya. Lana mengikut saja meskipun dia punya mimpi besar dengan ijazah SMA nya, tapi Lana juga sadar bahwa tamatan SMA aja tidak cukup untuk mendapatkan pekerjaan bagus dikota, maka ia pun tidak menolak saat Rani menawarkan pekerjaan sebagai pelayan restoran saat itu karena Lana harus menyambung hidup, paling tidak pekerjaan ini akan menjadi batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

1. Berjuang lah Lana ......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar