Sabtu, 02 Januari 2016

Pemain Baru

"menurut mu cincin dan kalung ini, mana yang lebih indah rani?" Ramon akhirnya memilih kedua perhiasan setelah hampir dua jam ditoko perhiasan kebingungan "aku rasa keduanya sangat indah, kenapa tidak keduanya saja?" ujar Rani yang juga agak bingung memilih "ah baiklah aku beli keduanya saja, terima kasih ya Ran sudah bersedia menemaniku" ucap Ramon sambil mengisyaratkan pada pramuniaga untuk menyiapkan perhiasan yang akan dibelinya "sama-sama Ramon, lagipula ini semua kan permintaan Lana. oh ya apa kau benar-benar serius dengan Lana?" Ramon terkejut dengan pertanyaan Rani, oh Tuhan tentu saja, tentu saja Ramon sangat serius kepada Lana, apakah Rani tidak bisa melihat akan hal itu "kenapa kau bertanya begitu Rani, tentu saja aku sangat serius pada gadisku Lana, aku tidak akan pernah menyakitinya" Ramon berucap dengan sungguh-sungguh, "baiklah kalau begitu aku percaya, berarti kau juga harus melindungi Lana dari semua orang yang ingin menyakiti Lana" gumam Rani seperti tengah bicara pada diri nya sendiri.

***

"jadi kita mulai adakan survey untuk project ini minggu depan ya" Alfian menutup meeting santai siang itu dengan anggukan Lana dan juga Damian client nya, "semoga kerjasama kita lancar ya" ucap Damian dengan senyum menawan nya. "oh ya Lana aku minta maaf aku harus segera pergi sekarang aku telah ada janji dengan seseorang sepertinya aku tidak bisa mengantarmu" Alfian berucap penuh sesal pada Lana, sudah hal yang biasa memang bagi Alfian untuk mengantar Lana pulang jika mereka keluar bersama untuk urusan pekerjaan padahal Lana sering bersikeras menolak tapi Alfian selalu memaksa, maka kali ini tentu saja Lana tidak keberatan "tidak apa-apa Alfian aku mengerti aku akan naik taksi saja" Lana mengangguk sambil merapikan beberapa dokumen nya "ah tapi kau kan tadi bilang kalau sulit sekali mencari taxi ya?" ujar Alfian khawatir "bagaimana kalau aku yang mengantarmu?" tiba-tiba Damian bersuara dan sontak membuat Lana lansung menatap wajah pria tampan itu "ah tidak perlu Damian, sungguh kalian tidak perlu repot aku bisa sendiri" Lana menolak dengan halus, "Lana, aku akan lebih tenang jika kau bersama Damian dibanding dengan taksi dan kenapa kau menolak tawaran baik nya?" entahlah mengapa ucapan Alfian terdengar begitu mengintimidasi Lana hingga akhirnya Lana menurut.

Di mobil Lana dan Damian hanya saling diam, Lana merasa kikuk hingga akhirnya Damian memainkan sebuah lagu yang membuat Lana heran "Born to Die?" ujar Lana pada Damian, "iya?kenapa kau tak suka lagu ini ya?tapi aku sangat smenyukai lagu ini" Damian menjawab sambil menyanyikan lagu dari Lana Del Rey tersebut "ini adalah lagu kesukaanku" Lana memekik dan ikut bernyanyi bersama Damian, Lana sungguh tidak menyangka pria tampan mempesona seperti Damian bisa memiliki beberapa kemiripan dengan nya mulai dari wangi lavender hingga lagu favorit nya, Lana menatap Damian sambil tersenyum kecil "hmm jadi Lana apakah kau tidak akan memberikan alamatmu padaku?atau kau hanya akan menatapku sambil tersenyum sepanjang waktu?" ujar Damian yang mengjutkan Lana, seketika pipi Lana memerah ia tidak menyadari bahwa Damian mengetahui apa yang Lana lakukan, memandangi Damian dengan tersenyum "ah bodoh sekali aku" ujar Lana pada dirinya sendiri lalu menyebutkan alamat rumahnya pada Damian "kau tinggal sendiri?" Damian membuka percakapan "bagaimana kau tau?" Lana menjawab "aku kan bertanya padamu, jadi tebakanku tepat haha" Damian tertawa puas, "kau sendiri?" tanya Lana "aku tinggal sendiri, keluargaku diluar negri" jawab Damian singkat, Lana hanya ber-oh ria saja. "terima kasih Damian, lain kali kau tak perlu repot-repot" Lana berucap ketika mobil sedan hitam itu telah sampai dipelataran rumah kecil nya "jangan berlebihan, aku sungguh tidak merasa repot Lana, oh ya kapan-kapan aku boleh mampir kerumah mu?" ujar Damian dengan senyum nya, senyum yang sungguh mampu membuat Lana nyaman dan membuat Lana melupakan Ramon untuk sejenak "oh ya ya tentu saja" ujar Lana lalu keluar dari mobil, tak lama sedan hitam itu melesat meninggalkan tempat nya berdiri segera Lana masuk kerumah nya.

Lana merebahkan tubuh nya diranjang, ia menghela nafas membayangkan semua hal yang ia alami hari ini, ada sesuatu yang ia takuti dari Damian entah apa padahal pria itu begitu baik dan begitu menawan, apakah pesona Damian yang membuat Lana takut? entahlah Lana sendiri tak tau. Baru saja Lana ingin mengganti baju nya, ponsel nya berdering, sebuah pesan singkat dari Ramon, astaga! Lana hampir lupa dengan makan malam nya, segera Lana bergegas mandi.

***

Lana dan Ramon tengah menikmati makan malam nya, mereka selalu menyempatkan untuk makan malam bersama paling tidak sekali dalam satu minggu mengingat kesibukan masing-masing oleh pekerjaan, tetapi mereka juga harus menyempatkan untuk saling bersama "bagaimana meeting mu tadi?" Ramon bertanya ingin tau "aku dikenalkan dengan seorang client oleh Alfian, kami akan memulai project pembangunan sebuah resort dan akan segera berjalan" Lana bercerita sambil menyantap hidangan makan malam itu "siapa client yang Alfian kenalkan?" ucapan Ramon kini jauh lebih serius, entah kenapa menurut Lana, Ramon selalu saja menaruh curiga kepada Alfian padahal bagi Lana selama ini Alfian sangat baik terhadap nya "nama nya Damian dia seorang pengusaha muda mungkin seusiamu, dan kau tau dia mengguanakan wangi lavender juga sepertiku" raut wajah Ramon berubah serius, rahang nya merngeras, ia seperti tengah menebak-nebak rencana apa yang akan dilakukan oleh mantan sahabat nya Alfian itu, ia harus segera membongkar semuanya bisik Ramon pada dirinya sendiri.

Senin, 20 Juli 2015

Sekeping Masa Lalu

"Ibu dari gadis itu benar bernama Sandra, yang ditinggalkan saat ia masih berusia 10 atau 11 tahun" sebuah berkas berisi catatan kelahiran diberikan oleh sang pesuruh kepada atasannya, sang atasan yang lantas membuka berkas itu yang telah ia nantikan selama bertahun-tahun tampak sangat begitu senang dan bergairah, ia seperti harimau yang tengah tepat mendapatkan sasarannya, setelah menunggu dan menanti lama kini ia sudah memiliki cukup bukti bahwa incarannya selama ini adalah domba buruannya, ia tidak akan keliru lagi.

***
"jadi bagaimana hubunganmu dengan Ramon saat ini?" selidik Rani yang kini sedang makan siang bersama Lana, sudah lama Lana tidak berjumpa dengan Rani, teman merantau nya itu pindah ke kota lain tak lama saat Lana memutuskan berhenti bekerja dengan Ramon, Rani mengatakan bahwa ia kini telah menikah dengan kekasih nya, dan yang membuat Lana heran mengapa Lana tidak mendapat undangan dihari bahagia kawan nya itu. Dua hari yang lalu Rani menelepon Lana yang Lana sendiri tidak tau darimana Rani dapat memiliki nomor ponselnya, tapi Lana tidak peduli yang jelas Lana senang sekali mendapat kabar dari Rani yang akan singgah ke kota ini lagi selama beberapa waktu, dia sedang bosan dirumah katanya karena suaminya sedang bekerja ditempat lain, maka segera saja Lana meminta Rani untuk tinggal dirumah nya.

"hubungan apa yang kau maksud Rani?" Lana justru membalikkan pertanyaan Rani, "ayolah Lana, kalian jatuh cinta kan, ayo ceritakan padaku, teman macam apa kau ini?" Rani tampak menyimpulkan sendiri, Rani tidak berubah sejak dulu batin Lana "kau sendiri, teman macam apa? yang tiba-tiba menghilang dan bahkan tidak mengikutsertakan aku pada pernikahanmu? aku bahkan tidak tau pria seperti apa yang kini menjadi suamimu ahh kau benar-benar curang" goda Lana yang juga agak kesal, Rani mendengus sebal "ya baiklah maafkan aku, aku menyesal, tapi sungguh saat itu semuanya terjadi begitu cepat Lana tiba-tiba saja kami memtuskan menikah dan dia mengajakku pidah dari kota ini, kau juga saat itu menghilang bukan karena ingin menjauhi Ramon? dan lalu apa? kini kalian malah bersama, aku tidak mengerti isi kepalamu" Rani membuat Lana tertawa malu

"entahlah Rani, aku sendiri bahkan tidak tau apa yang sedang terjadi, dulu aku sangat terkejut ketika Ramon mengatakan dia mencintaiku, sungguh aku bahagia, tapi mengetahui kenyataan bahwa dia mencintaiku hanya karena aku memiliki kemiripan dengan mendiang tunangannya hal itu seperti membunuhku, aku tidak ingin menjadi bayangan siapapun, aku ingin dicintai dan diingini karena apa adanya diriku" Lana meneguk teh nya "dan saat aku berusaha menjauhinya ternyata aku malah semakin menginginkan nya, aku sudah membentuk kehidupanku sendiri saat ini, aku berusaha mengubur Lana yang dulu, Lana yang penuh derita, yang bahkan sejak kecil tak pernah diingini bahkan oleh ibunya sendiri, aku kini telah berhasil membentuk Lana yang baru, yang diinginkan semua orang Rani, dan ketika aku sadar dengan seluruh usaha Ramon, aku mulai mengerti bahwa dia memang menginginkanku, aku lah yang dia mau, Lana- lah yang dia inginkan, bukan replika dari mayat tunangannya itu, aku harap aku telah berubah seperti apa yang aku inginkan Rani" Lana berkata dengan penuh harap, matanya sedikit berbinar seperti ada doa yang baru saja ia sampaikan didepan gadis yang selalu ia anggap sahabatnya itu.

"Lana terkadang tidak semua perubahan itu baik untuk kehidupan, aku hanya berharap hidupmu bahagia" mereka menghabiskan makan siang nya diakhir pekan itu.


***

Tok-Tok...

"Kejutan..." Ramon berdiri dengan konyol didepan pintu dengan seikat bunga lavender "Hai, bos.." Rani yang membukakan pintu agak lucu melihat sikap mantan bos nya yang tak pernah bersikap demikian "oh, hai Rani, kau kau oh ya aku lupa kau sedang berlibur disini ya, bagaimana kabarmu?'

Ramon menjabat tangan Rani, ia memang tak begitu mengenal mantan pegawai nya itu, ia bahkan tak tau sejak kapan Rani telah berhenti bekerja darinya "jadi kau sekarang bekerja dimana?" Ramon duduk tanpa dipersilahkan, ia bagai sudah terbiasa dirumah Lana, "aku tidak bekerja lagi bos saat ini, hanya menjalani peran sebagai ibu rumah tangga biasa saja" Rani bicara penuh bangga sambil masih berdiri, rupanya Rani masih agak segan dengan Ramon "kau sudah tidak bekerja padaku, kenapa masih panggil aku Bos,dimana Lana?"

Lana menghampiri mereka berdua dengan rambut yang masih dibalut dengan handuk "Rani biasakan lah untuk tidak memanggilnya demikian, dulu pun aku sulit tapi akhirnya terbiasa juga" ujar Lana kepada Rani, tatpannya kini menuju ke Ramon dan menerima seikat bunga yang dibawakan Ramon "hmm aku cinta sekali pada lavender bahkan lebiha dari mencintai diriku sendiri, terima kasih, oh ya maaf Ramon tapi aku rasa hari ini aku tidak bisa menemanimu mencari kado untuk Olive" Lana berkata menyesal, "tapi kenapa?kau sudah janji Lana, aku harus mencari kado apa untuk Olive?" Ramon protes.

"iya aku tau tapi tiba-tiba atasanku menelepon, aku harus bertemu dengan client penting, dia bilang ini project yang baik untuk orang baru sepertiku, aku harap kau bisa mengerti" Lana meminta maaf, "Alfian kah yang memintamu?lalu bagaimana dengan kado untuk Olive?aku tak tau harus memberikan kado apa untuk nya?" Ramon benar-benar kesal, ia kesal kenapa Alfian mengganggu gadis nya saat ini, dan lagi Ramon benar-benar tak tau harus memberikan kado apa untuk Olive, selama ini dia selalu menyuruh asisten wanita nya untuk menyiapkan kado bagi sepupu kesayangannya itu, tapi kali ini ia ingin menyiapkannya sendiri ah tidak sendiri melainkan dengan Lana "Rani kau tidak keberatan menemani Ramon?ayolah kumohon" Rani agak kaget dengan permintaan Lana yang sedikit memohon, "baiklah kalau kau memaksa" jawab Rani, "oke, kalau begitu kita bertemu saat makan malam nanti ya, kau jangan terlambat" ujar Ramon "oke bos" Lana menjawab sambil meletakan tangannya didepan kening nya seolah tentara yang tengah siap menerima perintah dari jendral nya....


***

"kau harus bergerak lebih cepat, mereka benar-benar saling mencintai..." kemudian sambungan telephone diputus.

***

Lana memasuki sebuah cafe hotel dengan tergesa "Alfian, maaf aku terlambat, sulit sekali mencari taksi, seandainya aku punya sayap seperti burung aku pasti tidak akan terlambat" Lana berkata penuh sesal, "tenanglah Lana untungnya client kita belum datang, lagipula kalau kau punya sayap aku khawatir kau akan mudah lari dariku" Alfian membuat Lana tertawa, jujur Lana sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Alfian, Alfian telah banyak berperan dalam hidup Lana selama ini, ia membantu Lana membentuk dirinya yang sekarang.

Sekitar 10 menit mereka menunggu datang seorang pria muda dengan pakaian rapi berkacamata hitam, Lana langsung menjabat tangan pria tersebut yang sudah terlebih dahulu menyapa Alfian dari kejauhan "Lana" Lana memperkenalkan diri "hai Lana, aku Damian" pria itu membuka kacamata nya, Lana dapat mencium wnagi parfum pria itu dari tempat ia duduk, pria itu berparas tampan dengan alis tebal, hidung mancung, rahang yang tegas, kulit kecoklatan, dan ya Tuhan Lana baru menyadari pria ini berbau Lavender! seperti dirinya, ini cukup mengganggu bagi Lana...


Minggu, 12 Juli 2015

Ketahuilah Aku Lebih Dalam

Berkali-kali Lana memandang penampilan diri nya dicermin sebelum berangkat malam ini, begitu pun saat di taksi, dia terus memandang riasan wajah nya pada cermin kecil nya, "kenapa aku begitu khawatir" gumam nya dalam hati.
Ramon mengajak Lana makan malam disebuah restaurant mewah dikota, ia ingin menjemput Lana namun Lana menolak, Lana ingin bertemu saja langsung direstaurant itu.

Ketika Lana sampai rupanya Ramon telah terlebih dahulu datang "aku senang kau mau datang Lana" Ramon berucap penuh binar kebahagiaan dimata nya, Lana segera duduk dengan tersenyum. Mereka pun makan malam dengan tenang, tanpa saling berkata-kata hanya saling tersenyum satu sama lain, sampai ketika mereka selesai menghabiskan makan malam nya, Lana membuka suara.

"Hal apa yang membuatmu ingin kita bertemu?" Lana sungguh penasaran, "Aku sudah bilang kalau aku merindukan mu kan?" Ramon menjawab santai, Lana kaget Ramon begitu terbuka mengatakan hal seperti itu, "Lana, sejak kapan kau mulai dekat dengan Alfian?" kini Ramon bertanya lebih serius, alis kiri nya pun sedikit naik, "kenapa kau menanyakan hal itu?" merasa tidak nyaman Lana justru balik bertanya, "kau harusnya menjawab pertanyaan Lana" Ramon tersenyum.

"Aku minta maaf Ramon, seharusnya aku memberitau mu bahwa aku bekerja dengan sahabat mu saat ini" Lana menyesal, "tidak Lana, dia bukan lah sahabat ku lagi sekarang" ucapan Ramon mengagetkan Lana "Lana aku tidak tau harus mulai darimana, tapi aku ingin kau berhenti bekerja dengan Alfian, kumohon" Lana lebih kaget lagi mendengar permintaan Ramon barusan, ia semakin tak mengerti apa yang difikirkan Ramon "kau tidak bisa seperti ini Ramon, kenapa kau merasa kau bisa medikte hidupku?kau ini bukan siapa-siapa dihidupku, kau hanya mantan atasanku" Lana seperti kehilangan penguasaan diri nya, ia bangun dari kursi nya.

"Lana aku akan berikan alasan kenapa kau harus berhenti bekerja dengan Alfian, tapi tidak bisa sekarang, sungguh ini semua demi kebaikan mu" Ramon semakin membuat Lana tidak mengerti, Lana mencoba mencerna ucapan Ramon, akhirnya ia duduk kembali "baiklah, aku minta maaf telah mengacau, kita lupakan saja hal ini" Ramon berdalih, "Lana apa kau merindukan aku?" Lana semakin kaget dengan pertanyaan Ramon kali ini, entahlah bagi Lana, Ramon seperti sebuah paket kejutan untuk nya, ia begitu mahir membuat Lana terkejut.

"Gadis yang bersamamu saat itu," Lana menggumam,"olivia maksud mu?" Ramon tertawa kecil, Lana menjadi bingung apa yang lucu batin nya, "maaf aku lupa mengenalkan nya dengan jelas padamu, olive adalah adik sepupu ku, kami sangat dekat sejak kecil sudah seperti adik kandungku sendiri" Lana menelan saliva nya, bodoh sekali Lana sempat berfikir bahwa Olive adalah gadis yang berkencan dengan Ramon "jangan bilang kau cemburu pada nya Lana" Ramon kini menggoda Lana yang pipi nya semakin memerah, Lana sendiri tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini ada sebuah kebahagiaan menaungi nya saat ini, kebahagiaan yang tak begitu mudah untuk Lana pahami. Bersama-sama dengan Ramon setelah sekian lama, ternyata membuat suasana justru begitu hangat dan Lana menyukai nya.

Dan makan malam itu diakhiri dengan Ramon yang mengantar Lana kerumah nya, kali ini Lana tidak bisa menolak Ramon yang bersikeras untuk mengantarkan nya pulang, memang tidak terlalu banyak pembicaraan serius antara mereka malam itu, tapi apapun itu Lana senang mengahabiskan waktu bersama Ramon.

***
"kau akan segera berbahagia Serena, sedikit demi sedikit gadis itu akan hancur kebahagian nya, dialah yang akan membayar semua kepedihan mu ini".
Pria itu keluar dari sebuah kamar dirumah sakit besar itu, mata nya yang penuh dendam seakan bisa membunuh siapapun hanya melalui tatapan nya, ingatan nya pun melayang jauh ke masa-masa dahulu, masa dimana ia melihat dengan jelas derita sakit hati yang dialami Serena kakak perempuan yang sangat dia cintai karena suami kakak nya itu adalah pria yang sangat tega menyakiti hati kakak nya dan telah menghancurkan hidup kakak nya, kini membalas dendam Serena sudah seperti menjadi tujuan hidup nya, ia tak peduli lagi bahkan dnegan kebahagiaan nya sendiri, ia terlalu terobsesi dengan dendam nya pada wanita itu yang sebenarnya sudah mendapat balasan dendam nya, tapi entah mengapa rasanya semua belum cukup, ia masih masih belum puas.

***

"iya Ramon, aku akan segera menyelesaikan pekerjaan ku lebih cepat hari ini agar kita bisa bertemu, okay, haha I'll call you later" Lana menutup panggilan telephone nya, sejak makan malam itu, kini hubungan Lana dan Ramon semakin dekat, sapaan manis melalui ponsel dengan perhatian-perhatian dari Ramon seperti sudah sangat akrab bagi Lana, "kau sedang senang sekali sepertinya" entah sejak kapan Alfian sudah berada didekat Lana, membuat Lana sedikit kaget dan malu "Alfian, sejak kapan kau berada disini, kau mendengar obrolanku ditelephone?" Lana menuduh, "memang nya kenapa kalau aku mendengar Lana?" Alfian tersenyum menggoda "jadi ada yang sedang jatuh cinta ya" Alfian mengacak pelan rambut Lana sambil berlalu, membuat Lana tersenyum sendiri "mungkin kah aku benar jatuh cinta?"


Rabu, 01 Juli 2015

Mengapa Kau Sulit Dihindari..??

Lana bangun dari tidur nya, "mimpi hal itu lagi" gumamnya, Lana meninggalkan ranjangnya menuju ke dapur, ia menuangkan sebuah air mineral dan meminumnya tak tersisa untuk menenangkan perasaannya.

Akhir-akhir ini sosok tersebut tak pernah absen dari mimpi Lana bahkan seperti seolah telah menjadi penghuni dari fikiran Lana sendiri, "apakah aku merindukan nya?" Lana masih asyik dengan fikiran nya sendiri sampai handphone nya berdering "hallo.. hallo siapa ini?" Lana geram, hanya terdengar suara nafas berat diujung telepon sana, nomor nya pun tidak dikenal, Lana memutuskan telepon.

Lana ingin bergegas bersiap ke kantor, dan hanphone nya kembali berdering, nomor yang tidak dikenal juga, apakah ini nomor yang sama batin Lana "hallo.. hallo bisakah anda menjawab?" lama Lana menunggu sapaan nya dibalas oleh si penelfon tersebut, akhirnya Lana memutuskan telepon dengan kesal "dasar orang iseng" cetusnya.

Hari ini Lana cukup sibuk dengan pekerjaan nya menjadi bagian di divisi General Affair memberikan pengalaman menarik untuk nya, dia bertemu dnegan banyak orang, dia belajar menangani sebuah proyek, dan semua terasa mudah Lana jalani, entahlah apapun yang Lana kerjakan ia selalu mendapat penilaian yang baik dari sesama teman kerja maupun client nya, hingga semua tanpa Lana sadari terasa begitu mudah untuk nya..

"kau sedang sibuk Lana?" Lana terkaget seketika ia membuang pandangan nya yang tengah fokus didepan pc komputer ke arah suara berasal "Alfian, eh iya lumayan, ada apa?" Lana sebenarnya merasa tidak enak memanggil Alfian tanpa sebutan Pak, bagaimanapun dia adalah atasan Lana dikantor ini, tapi Alfian sendiri lah yang justru melarang Lana memanggilnya dengan sebutan demikian. Lana tak pernah mengira pria mabuk yang dulu dia temui di bar dan membuatnya takut, hari ini mungkin bisa dikatakan sebagai malaikat dalam hidup Lana yang mengubah hidupnya menjadi lebih mudah.

"pekerjaan mu itu tidak akan pergi kemanapun kalau kau meninggalkan nya sejenak untuk makan siang" Alfian tersenyum kecil, "hmm, ya baiklah ayo, kali ini aku yang traktir" Lana bangun dari kursi kerja nya mengambil tas nya dan berjalan mendahului Alfian keluar kantor, Alfian tersenyum senang.

Mereka memasuki sebuah restaurant cepat saji, Lana yang memilih restaurant tersebut karena tak mau menunggu lama untuk makan, dia ingin segera menyelesaikan pekerjaan nya. Mereka duduk disisi sebelah kanan restaurant dengan posisi saling berhadapan, Lana duduk dibangku yang menghadap ke arah pintu restaurant tersebut ,sehingga dia bisa melihat orang-orang yang keluar masuk di restaurant tersebut.

Sampai ketika Lana bertemu mata dengan pria yang baru memasuki restaurant, Astaga Lana sangat kaget, Ramon.. Lana tau jelas itu adalah Ramon dan Ramon tidak sendirian, dibelakangnya seorang gadis cantik berjalan mengikutinya, gadis dengan tatanan rambut pirang yang indah, rok mini yang seolah menggoda, membuat siapa saja akan menoleh dua kali saat melihatnya.

Lana sangat kaget ketika Ramon justru menghampirinya "Lana.." sapanya, dan cukup terkaget ketika melihat siapa yang menjadi teman makan siang Lana "Alfian.. kau.." Ramon menghentikan ucapan nya saat gadis cantik itu bersuara "Ramon apakah kita akan bergabung dengan mereka?" tanya nya maja pada Ramon.."yah hanya jika kita diizinkan" jawab Ramon yang seolah menyerang ke arah Lan dan Alfian..

Akhirnya Lana dan Alfian mempersilakan Ramon dan gadis itu iuntuk bergabung dengan mereka, Lana memperhatikan gadis itu dengan seksama, Lana seperti tak asing dengan gadis itu, Lana seperti pernah melihat nya tapi kapan dan dimana persisnya ia tak ingat "hei, sepertinya kita pernah bertemu, kenalkan aku Olivia Newton, kau cukup panggil aku Olive.." gadis itu membuyarkan lamunan Lana dia tersenyum sangat cantik "Aku Lana, hanya Lana dan kau bisa panggil aku Lana" Lana menjabat gadis itu, Lana akhirnya ingat dia pernah bertemu dengan Olive di restaurant Ramon ketika masih bekerja dengan Ramon, iya gadis cantik yang tampak seperti peri hutan itu.. Siapakah gadis itu dan apa hubungan nya dengan Ramon, mengapa mereka nampak begitu dekat? berjuta pertanyaan memenuhi kepala Lana..

***

Lana telah bersiap untuk istirahat malam ini, bagi nya hari ini cukup melelahkan. Ia mengingat-ingat semua hal-hal yang terjadi hari ini, pekerjaan nya, jalanan yang macet, ah dan yang paling mengganggu nya adalah makan siang nya tadi, Ramon, ya Ramon lah yang sebenarnya mengganggu fikiran nya, belum lagi belakangan ini Ramon terus menerus hadir didalam mimpi nya, ketika Lana tengah asik dengan lamunanya, handphone nya berdering, nomor tidak dikenal tertera di layar ponselnya, dengan rasa malas tapi penasaran Lana menjawab panggilan telephone itu "hallo.." Lana menunggu si penelfon berbicara "baiklah kuhitung sampai tiga, jika kau tak mau menjawab akan ku putus telephone ini, 1.. 2.." Lana mengancam..

"Lana, ini aku.." Lana terdiam ia mengenali suara lembut itu "Ramon, anda?" Lana menurunkan suara nya "kau sudah tidur, apakah aku mengganggu mu?" Ramon bertanya sedikit khawatir, "tidak kau tidak mengganggu, ada apa?" Lana merasa kantuk dan lelah yang melandanya hilang begitu saja secara tiba-tiba "Lana, maaf tapi aku merindukan mu.." Ramon berkata dengan nafas yang berat, Lana tertegun mendengarnya "bisakah kita bertemu?" Ramon seolah tak kehilangan kekuatan untuk mendikte Lana meskipun kini Lana bukanlah karyawan nya lagi "hmm, baiklah kau bisa kirimkan alamat dan waktu kapan untuk bertemu" Lana menjawab lalu memutus telephone nya, ia segera membenamkan dirinya ke bantal, entahlah tapi ada perasaan senang menyelimuti Lana saat itu, ketika handphone nya kembali berdering ia membuka sebuah pesan "selamat beristirahat Lana, aku merindukanmu.. Ramon" Lana seperti ingin meloncat membaca pesan tersebut, Lana pun menyimpan nomor tersebut di contact ponsel nya dan pergi tidur, berharap malam ini ia kembali memimpikan Ramon..

Sabtu, 27 Juni 2015

Setelah Kejutan itu..

 


Lana memasuki sebuah gedung bertingkat, ia sudah sangat siap dengan kemeja berwarna merah maroon serta rok span hitam dipadu dengan heels putih, Lana dengan siap memasuki gedung tersebut. "Bisa saya bantu?" resepsionis cantik menyapa Lana yang menghampirinya, "Saya mau bertemu dengan Pak Alfian," ucap Lana, sang resepsionis pun tampak memencet nomor tlp dan tampak berbicara dengan seseorang disana, "silahkan ikuti security itu" resepsionis itu berucap setelah selesai menutup tlp nya.

Lana mengikuti security yang mengantar nya, memasuki lift dan sang security memencet tombol lift di angka 33, Lana bergegas keluar dari lift dia memasuki sebuah ruangan yang cukup besar tampak seorang pria tengah duduk tenang disana "hai, Lana.., silahkan duduk" Alfian tak pernah berubah bagi Lana sikap hangat nya selalu membuat Lana merasa teduh "jadi, keputusan mu sudah bulat?" Alfian bertanya sambil membuka berkas yang Lana sodorkan berisi transkip nilai hasil kuliah nya.

"Aku ingin memulai hal baru Alfian, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini" Lana berkata penuh keyakinan. Alfian mengangguk "kau bisa mulai bekerja sesegera yang kau inginkan Lana" Alfian tersenyum, "terima kasih Alfian".

Lana pun meninggalkan pekerjaan lama nya sebagai seorang pelayan di restaurant milik Ramon, Alfian telah sejak lama menawarkan pekerjaan yang lebih baik bagi nya,
Lana pun bergabung sebagai salah satu staff di divisi General Affair di perusahaan Alfian, tentu nya Ramon tidak mengetahui hal ini, Alfian meminta Lana tidak memberitaukan hal ini pada Ramon, Lana juga tidak tau apa alasan nya.

**Flashback**

"Lana aku ingin membahagiakanmu" Ramon berkata penuh keyakinan "tidak, kau tidak ingin membahagiakan aku, kau hanya menggunakan aku sebagai bayangan dari Aluna-mu, kau ingin menghidupkan Aluna-mu itu" Lana bersikeras,

Entah apa, tapi Lana sangat merasa senang ketika Ramon bersikap manis padanya, ia begitu merasa diistimewakan, tapi ketika Ramon menceritakan mengenai Aluna, calon istri nya yang meninggal 3 tahun lalu karena sebuah kecelakaan pada dua minggu sebelum hari pernikahan mereka, hal itu membuat Lana murka.

Lana tidak pernah lupa bagaimana Ramon menceritakan Aluna yang amat sangat mirip dengan dirinya, betapa Ramon dan Aluna kala itu telah merajut cita-cita dan tali kasih untuk mengarungi kehidupan bersama, tapi semua hanya sebatas angan karena Tuhan mengambil Aluna sangat cepat, dan Ramon pun seperti ikut mati dengan kejadian tersebut.

Aluna nya adalah gadis manis yang sangat dia cintai, Aluna nya sangat pintar memasak, soal urusan meracik makanan lezat Aluna tak pernah diragukan, maka itu Ramon mendirikan restaurant sebagai dedikasi cinta nya pada Aluna, ia tak ingin Aluna nya pergi jauh untuk mencari kepuasan pekerjaan meninggalkan nya ia ingin mengikat Aluna bersamanya.

Dan ketika Aluna pergi untuk selamanya karena kecelakaan itu, Ramon bahkan sudah seperti mati, hati nya ikut pergi terbawa Aluna, ia kehilangan gairah hidup nya, ia kehilangan dirinya bersama Aluna..

Sampai ketika dia melihat Lana, gadis lugu dari desa yang ingin mencari jati diri, merantau hidup ke kota besar berharap mendapat kehidupan yang lebih baik. Ramon seperti merasakan Aluna hidup kembali, Ramon merasakan kehangatan pada diri Lana, paras nya benar-benar telah mengembalikan gairah hidup Ramon yang hilang, Ramon merasa seperti mendapatkan kesempatan kedua.

Sebenarnya Ia ingin menjauhi Lana karena selalu melihat bayangan Aluna disana, dimata itu, di wajah itu, maka dia memindahkan Lana ke Lounge nya agar tak terlalu sering melihat nya, tapi Lana justru hadir difikiran-fikiran Ramon, Lana hadir dimalam-malam tidur Ramon lewat mimpi, Lana dalam mimpinya seperti menunggu Ramon seperti meminta sesuatu, dan Ramon tau betul dia memimpikan Lana bukan Aluna..

Ramon akhirnya tak sanggup menahan kegelisahan ini sendirian, ia ingin Lana tau, apa yang membelenggu nya saat ini, persimpangan antara Aluna dan Lana yang masih samar-samar ini ingin segera Ramon selesaikan, Ramon ingin tau siapa yang saat ini membangkitkan gairah hidupnya lagi, untuk nya Aluna nya sudah mati sejak lama, tapi seakan ia merasakan Aluna hidup dalam diri Lana.

Ramon mencoba berusaha menyampaikan pada Lana apa yang dia alami, mungkin Lana bisa memberikan Ramon penjelasan, meskipun Ramon tau Lana akan bingung dengan ini semua, Ramon sebenarnya tak ingin membuat Lana berfikir ia membuat Lana sebagai bayangan Aluna, ia justru ingin minta tolong kepada Lana untuk menghapus Aluna,

Tapi Lana terlalu marah, Lana terlalu merasa dipermainkan, sampai Lana pergi meninggalkan Ramon dengan penuh kemarahan karena merasa menjadi fantasi bagi Ramon untuk menghidupkan Aluna, hingga Lana memilih meninggalkan Ramon, dan meminta Ramon untuk tidak perlu menghubungi nya lagi, Ramon tidak tau Lana akan semurka itu,

Ramon kini kembali mati untuk kedua kali nya, ia seperti terhempas, ia kembali kehilangan gadis nya, walau masih terlalu cepat dikatakan sebagai gadisnya, tapi Ramon akan kembali berusaha untuk tetap membuat Lana nya hidup dan bukan sebagai fantasi nya melainkan sebagai kenyataan nya,

Ia menunggu Lana agar kemarahan nya reda, menunggu diwaktu yang tepat untuk kembali menyeret Lana ke pelukan nya dan menyadarkan Lana bahwa ia bukan lah sebuah fantasi bagi Ramon..

Senin, 22 Juni 2015

Lebih dari Terkejut..

 


Mobil sedan hitam itu berhenti tepat disebuah taman bermain kota. Lana hanya diam sepanjang perjalanan tadi begitu pun dengan Ramon, suasana ini cukup canggung untuk Lana, ia tidak pernah satu mobil dengan atasannya apalagi Ramon menyetir sendiri sungguh tidak pantas bagi Lana disupiri oleh bos nya sendiri.

"kau pernah datang kesini?" Ramon membukakan pintu mobil Lana yang sebenarnya telah terbuka oleh Lana, Lana hanya menggeleng ia memandang Ramon, Astaga! Lana baru sadar, hari ini penampilan Ramon tak seperti biasanya, pria itu tampak begitu casual, tak ada kemeja tak ada jas ataupun kacamata yang bertengger dibatang hidung nya. Ramon menggunakan polo t-shirt bewarna hitam polos dan blue jeans serta sepatu sport, Ah, dia terlihat begitu mempesona untuk Lana.

Ramon menarik tangan Lana membuyarkan lamunan Lana, entah sejak kapan, Lana lupa bahwa bos nya ini sudah sangat leluasa sekali untuk menggandeng tangannya dan Lana menurut saja "sebenarnya apa maksud bos mengajak saya ke tempat ini?" Lana bertanya penuh kebingungan "kamu butuh hiburan Lana, waktu mu begitu sibuk jadi kau harus sedikit refreshing, begitupun denganku" Ramon menjawab pertanyaan Lana dengan begitu yakin sambil menatap bola mata kecoklatan milik Lana dengan cukup dalam, tanpa diduga Lana melepaskan genggaman tangan Ramon, ia berhenti melangkah, Ramon terheran.

"maaf pak, tapi saya rasa ini sudah sangat aneh, saya benar-benar ingin tau maksud bos apa sebenarnya, apakah saya sedang bermimpi atau apa, kenapa ini sangat aneh, anda seperti bukan orang yang saya kenal" Lana meracau tanpa henti, Ramon yang melihat Lana penuh kebingungan dan kegelisahan langsung membenamkan Lana di pelukan nya penuh dengan rasa rindu, segera Lana bisa menghirup aroma maskulin Ramon "Lana, inilah aku yang sebenarnya, aku berusaha memberitau mu inilah aku yang sebenarnya" Ramon berucap pelan, Lana mendongakkan wajahnya berusaha menatap Ramon lebih dalam.

"Bos, inikah dirimu yang sebenarnya? tapi bagaimana mungkin?" Lana tidak sadar meneteskan bulir-bulir bening dari mata nya, Ramon yang kebingungan segera mengusap wajah Lana, ia menarik saliva nya "apakah aku menyakitimu Lana, oh sial, kenapa air matamu ini harus keluar," Lana menggelangkan kepala nya "aku tidak tau air mata apa ini bos, aku tidak tau apa yang aku rasakan" Ramon memeluk Lana kembali dengan erat "cukup Lana, panggil aku Ramon saja, aku sudah tidak akan menjadi bos mu lagi, hentikan tangisan mu, aku tidak mau melihat air matamu", Lana merasa sesak sangat sesak, ia seperti kehabisan nafas, ia hirup dalam-dalam aroma maskulin ditubuh Ramon, seperti ia benar-benar butuh udara itu.

***

"ayo Lana," Ramon membuka pintu mobil untuk Lana, gadis itu masih penuh dengan raut wajah kebingungan "pemakaman?" tanya nya seolah bertanya pada diri sendiri, sementara yang ditanya hanya tersenyum kecil dan menuntunnya..

"Aluna Smith" ya Ramon mengajak Lana ke sebuah makam dengan nama Aluna Smith, mata nya penuh sekali dengan banyak pertanyaan untuk Ramon namun Lana tidak mengeluarkan sepatah kata pun ia memperhatikan Ramon yang entah kapan sudah memakai kacamata hitam nya, Lana jadi kesulitan untuk menatap bola mata nya.

"Dia adalah kekasihku dulu Lana," Ramon menghela nafas, sebenarnya Ramon tidak begitu ingin datang ke makam Aluna saat ini tapi dia harus, "aku tau bos, dia kekasih yang sangat kau cintai yang namanya kau abadikan sebagai resto mu kan" Lana berucap sambil mengusap tangan Ramon, entah mengapa Lana seolah bisa merasakan kehampaan yang dirasakan Ramon yang tengah menatap Lana sangat dalam, tatapan penuh kerinduan yang tak dimengerti oleh Lana.

"kau sangat mirip dengan nya Lana" Ramon mengeluarkan secarik foto dari saku nya, tampak seorang gadis yang tengah duduk di taman dengan penuh bunga-bunga Lavender, jika dilihat dari latar taman tersebut Lana yakin foto itu pasti diabadikan diluar negri ini, gadis itu mengenakan dress cantik bewarna hijau tosca dengan potongan diatas lutut, rambut nya sebahu terurai cantik dengan mata besar, hidung yang pas tidak terlalu mancung dan wajah yang penuh kelembutan, Ya Tuhan, Lana seperti tengah melihat gambar diri nya sendiri, tapi Lana ingat dia tidak pernah berfoto ditaman seperti itu, sungguh gadis itu amatlah sangat mirip dengan nya "inilah dia" Ramon membuyarkan Lana yang sibuk dengan fikiran nya sendiri.

"tidak mungkin, ini gadis ini" Lana terheran tak percaya.

****






Selasa, 16 Juni 2015

Sebuah Kejutan..

 

"Tok tok.." Lana mendesah kesal, ini masih pagi mengapa ada orang bertamu sepagi ini kerumah kecil nya., Lana tersadar.. dia tak pernah kedatangan tamu sebelumnya, lalu siapa ini? Bergegas ia bangun dan menuju pintu "Pagi.." sebuah senyum manis ah ralat sebuah senyum indah Lana dapatkan dari balik pintu itu, Lana terkejut melihat tamu nya "seperti inikah caramu menyambut tamu?dengan membiarkan nya terus berdiri didepan pintu rumahmu?" sang tamu bertanya menggoda sambil mengacak-acak pelan rambut Lana lalu masuk tanpa permisi.

"Bapak ngapain kesini pak?kok bapak tau rumah saya?apa ada masalah pak?saya salah apa ya pak?" Lana menyerang tamu nya yang tak lain adalah Bos nya dengan segudang pertanyaan, sementara Ramon hanya melirik Lana dan menaikkan alis nya sebelah kiri lalu tersenyum "Lana, harusnya kau menawarkan aku minum, bahkan kau tak mempersilakan aku duduk hmm" Lana tertegun "hmm maaf pak, saya kaget tiba-tiba bos ada dirumah saya ini" Ramon memperhatikan Lana yang masih berdiri dibalik pintu, Gadis itu tampak kacau bagi nya Lana hanya mengenakan sebuah t-shirt polos dipadu celana pendek yang bahkan lebih cocok jika dikenakan oleh pria, celana yang sering Ramon sebut boxer, iya Lana mengenakan nya, Lana benar-benar kacau dalam berpakaian menurut nya.

"duduk lah Lana kemari, bukankah tempo hari kau datang ke resto mencariku?apa yang ingin kau bicarakan?" Lana seperti terhipnotis langsung duduk disamping Ramon dikursi kayu rumahnya "jadi bos datang karena itu ya?" Ramon mengangguk, ia menunggu kata-kata Lana selanjutnya, "Maaf bos,tapi sepertinya saya ingin berhenti bekerja dengan bos" Lana menunduk, dia memang ingin mengatakan hal ini pada Ramon tapi tentu tidak dengan suasana seperti ini, suasana yang menurut Lana canggung dan aneh, bagaimana bisa bos nya ini saat ini ada dirumah nya, Lana seperti mimpi.

Ramon menghela nafas, Lana tidak begitu paham apa arti helaan nafas Ramon tersebut, ia menunggu Ramon membuka mulut nya untuk mengatakan sesuatu "Lana, kau tau.. aku sangat lapar bisakah kau memasak sesuatu untukku?".


***

"aku sangat kenyang Lana" Lana hanya tertegun melihat bos nya makan dengan begitu lahap, Lana hanya memasak sekedarnya sebuah omelette dengan sup ayam yang tidak begitu istimewa, tapi Ramon menyantap makanan tersebut seperti tengah menyantap makanan terlezat didunia. "jadi, apakah bos tidak marah dengan saya?" Lana berusaha membahas pembicaraan sebelumnya, sebenarnya Lana agak kesal pada Ramon, dia sedang bicara serius tapi bos nya itu malah seolah tidak perduli dengan yang Lana bicarakan, alih-alih menyuruh Lana untuk memasak, apa jangan-jangan Ramon sengaja membuat Lana untuk mengurungkan niat nya untuk berhenti bekerja dari nya, supaya Ramon tidak perlu repot-repot mengeluarkan pesangon untuk nya, itu yang terlintas difikiran Lana.

"Lana, bersiaplah dan ikut aku ke suatu tempat" kejutan apalagi ini? Lana seperti terhuyung, ia betul-betul tidak mengerti dengan Ramon, ia seperti berhadapan dengan orang lain, sejak tadi ia membukakan pintu untuk Ramon, pria ini tampak tak seperti biasanya, sikap nya terlalu hangat, bahkan sangat hangat hanya untuk seorang karyawan biasa seperti Lana "kita mau kemana bos?apakah sedari tadi anda tidak mendengarkan ku? bukankah bos datang untuk membahas mengenai hal yang ingin aku bicarakan dengan anda bos?tapi kenapa sepertinya anda tidak peduli sama sekali dan malah mendikteku sejak tadi? suara Lana naik 2 oktaf, Lana sendiri tak sadar ia begitu berani bicara dengan nada tinggi seperti itu kepada Ramon, menurut nya Ramon sangat aneh.
"aku mohon padamu Lana, ikutlah denganku, aku berjanji setelah itu kita akan membahas semua yang ingin kau bahas" Ramon menangkup wajah Lana dengan kedua tangan nya, bola mata nya bertemu dengan bola mata gadis itu, yang memandang nya sangat bingung, ada perasaan takut tergambar dari mata itu.

Lana keluar dari rumah nya, selesai makan tadi Ramon membaca koran dan menunggu Lana bersiap diteras rumah nya, beberapa mata tetangga sempat memandang heran ke arah Ramon, cukup aneh tiba-tiba ada seorang pria yang bertamu di rumah Lana sepagi itu, sementara Lana sama sekali tidak pernah membawa teman pria nya kerumah, apalagi pria ini cukup tampan, Ramon tidak mempedulikan pandangan demi pandangan dari orang lain, yang ada difikiran nya saat ini hanyalah Lana, gadis itu yang kini sudah berdiri dihadapan nya.

Lana mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam polos dengan dua kancing atas yang terbuka, ia memadukan nya dengan jeans berwarna putih serta membawa tas kecil nya, rambut sebahu nya yang masih basah ia biarkan mengurai, ia tak mau Ramon menunggu lama untuknya mengeringkan rambut, sementara ia hanya mengoleskan sedikit bedak dan lip gloss tipis dibibir nya "saya sudah siap pak" Ramon tersenyum ia menarik tangan Lana tanpa sepatah kata pun, menggandeng Lana menuju mobil sedan hitam yang terparkir dihalaman depan. 

"kau akan terkejut Lana," bisik Ramon sambil tersenyum pada Lana ketika membukakan pintu mobil untuk Lana, Lana termenung fikiran nya meracau, ia sudah tidak bisa menebak apa yang akan terjadi, ia hanya percaya Ramon tidak akan berlaku jahat pada nya. Lana mempercayai nya..