Senin, 20 Juli 2015

Sekeping Masa Lalu

"Ibu dari gadis itu benar bernama Sandra, yang ditinggalkan saat ia masih berusia 10 atau 11 tahun" sebuah berkas berisi catatan kelahiran diberikan oleh sang pesuruh kepada atasannya, sang atasan yang lantas membuka berkas itu yang telah ia nantikan selama bertahun-tahun tampak sangat begitu senang dan bergairah, ia seperti harimau yang tengah tepat mendapatkan sasarannya, setelah menunggu dan menanti lama kini ia sudah memiliki cukup bukti bahwa incarannya selama ini adalah domba buruannya, ia tidak akan keliru lagi.

***
"jadi bagaimana hubunganmu dengan Ramon saat ini?" selidik Rani yang kini sedang makan siang bersama Lana, sudah lama Lana tidak berjumpa dengan Rani, teman merantau nya itu pindah ke kota lain tak lama saat Lana memutuskan berhenti bekerja dengan Ramon, Rani mengatakan bahwa ia kini telah menikah dengan kekasih nya, dan yang membuat Lana heran mengapa Lana tidak mendapat undangan dihari bahagia kawan nya itu. Dua hari yang lalu Rani menelepon Lana yang Lana sendiri tidak tau darimana Rani dapat memiliki nomor ponselnya, tapi Lana tidak peduli yang jelas Lana senang sekali mendapat kabar dari Rani yang akan singgah ke kota ini lagi selama beberapa waktu, dia sedang bosan dirumah katanya karena suaminya sedang bekerja ditempat lain, maka segera saja Lana meminta Rani untuk tinggal dirumah nya.

"hubungan apa yang kau maksud Rani?" Lana justru membalikkan pertanyaan Rani, "ayolah Lana, kalian jatuh cinta kan, ayo ceritakan padaku, teman macam apa kau ini?" Rani tampak menyimpulkan sendiri, Rani tidak berubah sejak dulu batin Lana "kau sendiri, teman macam apa? yang tiba-tiba menghilang dan bahkan tidak mengikutsertakan aku pada pernikahanmu? aku bahkan tidak tau pria seperti apa yang kini menjadi suamimu ahh kau benar-benar curang" goda Lana yang juga agak kesal, Rani mendengus sebal "ya baiklah maafkan aku, aku menyesal, tapi sungguh saat itu semuanya terjadi begitu cepat Lana tiba-tiba saja kami memtuskan menikah dan dia mengajakku pidah dari kota ini, kau juga saat itu menghilang bukan karena ingin menjauhi Ramon? dan lalu apa? kini kalian malah bersama, aku tidak mengerti isi kepalamu" Rani membuat Lana tertawa malu

"entahlah Rani, aku sendiri bahkan tidak tau apa yang sedang terjadi, dulu aku sangat terkejut ketika Ramon mengatakan dia mencintaiku, sungguh aku bahagia, tapi mengetahui kenyataan bahwa dia mencintaiku hanya karena aku memiliki kemiripan dengan mendiang tunangannya hal itu seperti membunuhku, aku tidak ingin menjadi bayangan siapapun, aku ingin dicintai dan diingini karena apa adanya diriku" Lana meneguk teh nya "dan saat aku berusaha menjauhinya ternyata aku malah semakin menginginkan nya, aku sudah membentuk kehidupanku sendiri saat ini, aku berusaha mengubur Lana yang dulu, Lana yang penuh derita, yang bahkan sejak kecil tak pernah diingini bahkan oleh ibunya sendiri, aku kini telah berhasil membentuk Lana yang baru, yang diinginkan semua orang Rani, dan ketika aku sadar dengan seluruh usaha Ramon, aku mulai mengerti bahwa dia memang menginginkanku, aku lah yang dia mau, Lana- lah yang dia inginkan, bukan replika dari mayat tunangannya itu, aku harap aku telah berubah seperti apa yang aku inginkan Rani" Lana berkata dengan penuh harap, matanya sedikit berbinar seperti ada doa yang baru saja ia sampaikan didepan gadis yang selalu ia anggap sahabatnya itu.

"Lana terkadang tidak semua perubahan itu baik untuk kehidupan, aku hanya berharap hidupmu bahagia" mereka menghabiskan makan siang nya diakhir pekan itu.


***

Tok-Tok...

"Kejutan..." Ramon berdiri dengan konyol didepan pintu dengan seikat bunga lavender "Hai, bos.." Rani yang membukakan pintu agak lucu melihat sikap mantan bos nya yang tak pernah bersikap demikian "oh, hai Rani, kau kau oh ya aku lupa kau sedang berlibur disini ya, bagaimana kabarmu?'

Ramon menjabat tangan Rani, ia memang tak begitu mengenal mantan pegawai nya itu, ia bahkan tak tau sejak kapan Rani telah berhenti bekerja darinya "jadi kau sekarang bekerja dimana?" Ramon duduk tanpa dipersilahkan, ia bagai sudah terbiasa dirumah Lana, "aku tidak bekerja lagi bos saat ini, hanya menjalani peran sebagai ibu rumah tangga biasa saja" Rani bicara penuh bangga sambil masih berdiri, rupanya Rani masih agak segan dengan Ramon "kau sudah tidak bekerja padaku, kenapa masih panggil aku Bos,dimana Lana?"

Lana menghampiri mereka berdua dengan rambut yang masih dibalut dengan handuk "Rani biasakan lah untuk tidak memanggilnya demikian, dulu pun aku sulit tapi akhirnya terbiasa juga" ujar Lana kepada Rani, tatpannya kini menuju ke Ramon dan menerima seikat bunga yang dibawakan Ramon "hmm aku cinta sekali pada lavender bahkan lebiha dari mencintai diriku sendiri, terima kasih, oh ya maaf Ramon tapi aku rasa hari ini aku tidak bisa menemanimu mencari kado untuk Olive" Lana berkata menyesal, "tapi kenapa?kau sudah janji Lana, aku harus mencari kado apa untuk Olive?" Ramon protes.

"iya aku tau tapi tiba-tiba atasanku menelepon, aku harus bertemu dengan client penting, dia bilang ini project yang baik untuk orang baru sepertiku, aku harap kau bisa mengerti" Lana meminta maaf, "Alfian kah yang memintamu?lalu bagaimana dengan kado untuk Olive?aku tak tau harus memberikan kado apa untuk nya?" Ramon benar-benar kesal, ia kesal kenapa Alfian mengganggu gadis nya saat ini, dan lagi Ramon benar-benar tak tau harus memberikan kado apa untuk Olive, selama ini dia selalu menyuruh asisten wanita nya untuk menyiapkan kado bagi sepupu kesayangannya itu, tapi kali ini ia ingin menyiapkannya sendiri ah tidak sendiri melainkan dengan Lana "Rani kau tidak keberatan menemani Ramon?ayolah kumohon" Rani agak kaget dengan permintaan Lana yang sedikit memohon, "baiklah kalau kau memaksa" jawab Rani, "oke, kalau begitu kita bertemu saat makan malam nanti ya, kau jangan terlambat" ujar Ramon "oke bos" Lana menjawab sambil meletakan tangannya didepan kening nya seolah tentara yang tengah siap menerima perintah dari jendral nya....


***

"kau harus bergerak lebih cepat, mereka benar-benar saling mencintai..." kemudian sambungan telephone diputus.

***

Lana memasuki sebuah cafe hotel dengan tergesa "Alfian, maaf aku terlambat, sulit sekali mencari taksi, seandainya aku punya sayap seperti burung aku pasti tidak akan terlambat" Lana berkata penuh sesal, "tenanglah Lana untungnya client kita belum datang, lagipula kalau kau punya sayap aku khawatir kau akan mudah lari dariku" Alfian membuat Lana tertawa, jujur Lana sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Alfian, Alfian telah banyak berperan dalam hidup Lana selama ini, ia membantu Lana membentuk dirinya yang sekarang.

Sekitar 10 menit mereka menunggu datang seorang pria muda dengan pakaian rapi berkacamata hitam, Lana langsung menjabat tangan pria tersebut yang sudah terlebih dahulu menyapa Alfian dari kejauhan "Lana" Lana memperkenalkan diri "hai Lana, aku Damian" pria itu membuka kacamata nya, Lana dapat mencium wnagi parfum pria itu dari tempat ia duduk, pria itu berparas tampan dengan alis tebal, hidung mancung, rahang yang tegas, kulit kecoklatan, dan ya Tuhan Lana baru menyadari pria ini berbau Lavender! seperti dirinya, ini cukup mengganggu bagi Lana...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar