Jumat, 05 Juni 2015

Bersiaplah Lana..


Lana diberi tau oleh sesama pelayan di bar tersebut bahwa laki-laki yang malam itu ia temui di bar bernama Alfian, seseorang yang cukup dekat dengan bos mereka Ramon, Lana sempat kaget mengapa bos nya berteman dengan seseorang yang sudah jauh lebih tua dari nya. Alfian meskipun masih cukup tampan dan kharismatik tetapi tetap saja akan dapat terlihat bahwa dia adalah sosok pria yang telah cukup dewasa mungkin kisaran sekitar 34th, "Ah, kenapa aku jadi memikirkan hal yang tidak penting" Lana memarahi dirinya sendiri yang saat itu tak bisa tidur, ia kembali mengingat ketika malam itu dia amat sangat takut kepada tingkah laku Alfian yang bagi Lana cukup kasar, ketika Lana sudah terduduk disofa bersama dengan Alfian, Alfian sempat mengelus pelan rambut Lana yang tengah menunduk, tapi kemudian Alfian merebahkan kepala nya ke bahu Lana, ternyata Alfian sudah minum terlalu banyak, dan dia hilang kesadaran begitu saja.
Seorang pria berbadan cukup besar pun dengan sigap segera membawa Alfian keluar dari bar itu, entah siapa dia, Lana juga tidak ingin tau tapi sepertinya pria itu adalah supir atau mungkin pengawal Alfian, Lana sangat lega, rasa ketakutan nya pun hilang, padahal Lana sendiri tidak begitu mengerti sebenarnya apa yang dia takuti. Lana tidak mau tau lagi, dia sangat lelah dia hanya ingin istirahat dan tidur terlelap malam itu.

Lana berjalan cukup cepat, sebenarnya Lana masih ingin membenamkan dirinya ditempat tidur, lagipula ini baru jam 10 pagi, jam kerjanya dimulai pukul 09.00 malam. Tapi Ramon menelfonnya pagi tadi meminta Lana untuk datang ke restaurant menemuinya, Lana bingung ada apa, apakah dia melakukan kesalahan atau apa, maka segera saja Lana menemui bos nya. "Bos ada didalam?" tanya Lana pada seorang pelayan yang dikenalnya yang sedang membersihkan kaca, pelayan itu hanya mengangguk tanpa menjawab, Lana hanya menghela nafas, Iya, orang-orang di kota cukup sombong bagi Lana.
"permisi Bos" Lana mengetuk sambil membuka pintu, terlihat seperti biasa Ramon yang tengah duduk didepan laptop nya, tapi ada orang lain disana "hallo Lana" dengan senyum yang manis laki-laki itu menyapa Lana dan membuat Lana cukup kaget "anda?" Lana menelan ludah nya "kemari Lana duduk" Ramon memecah kebingungan Lana, Lana segera menguasai diri.
Ramon memperhatikan kebingungan di wajah Lana, Ramon tau yang terjadi dibar malam maka dari itu ia memanggil Lana dia ingin memperjelas kebingungan Lana "Lana kenalkan ini Alfian, dia adalah teman baik saya, bahkan sudah seperti kakak saya sendiri" Lana menatap Alfian yang sejak tadi masih tersenyum kepada nya "Ramon, jangan kaku begitu, kita sudah bertemu tadi malam, iya kan Lana?'" Alfian kini menggoda Lana, Lana beranjak berdiri "maaf Pak Alfian, tetapi sepertinya anda harus lebih sopan, bisakah kita berkenalan secara baik-baik?" Lana bicara dengan cukup tegas, ada nada marah disana, ada nada marah karena Lana merasa seolah seperti diremehkan oleh Alfian.

Ramon yang cukup kaget juga ikut berdiri, bahkan kini Ramon sudah keluar dari meja nya dia kini berdiri disamping Lana, memegang bahu Lana cukup kuat untuk menenangkan "Lana, saya minta maaf atas nama Alfian sungguh tapi Alfian tidak bermaksud buruk, hanya saja karakter Alfian memang seperti itu" kini Ramon bahkan menatap Alfian cukup tajam seperti mengisyaratkan sesuatu, Alfian juga beranjak dari duduk nya, kini mereka semua berdiri di ruangan itu "Baik, baik saya minta maaf. oke Lana jadi kedatangan saya kesini untuk minta maaf padamu, saya tau dibar kemarin itu kamu sangat ketakutan, meskipun saya sedang mabuk tapi saya ingat betul kalau kamu menangis, dan itu menjadi suatu hal yang terus menerus saya fikirkan, bisakah kamu memaafkan saya?mungkin kita akan mengulang pertemuan kita dari awal?perkenalkan saya Alfian" kini Alfian bicara cukup sopan dan serius membuat Lana tiba-tiba merasa tidak enak, "eh i iya Pak Alfian, maafkan juga sikap saya barusan yang kurang sopan, baiklah saya Lana" Lana mengulurkan tangan nya dan Alfian menjemput uluran tangan Lana lalu menjabat nya dengan kuat membuat Ramon kebingungan.

Waktu berlalu cukup cepat bagi Lana, kini Lana sudah semakin sibuk dengan hari-hari nya. Malam bekerja dibar sementara siang hari disibukkan dengan kuliah, ya hasil dari bekerjanya selama ini telah cukup untuk Lana memulai kuliah nya bahkan Lana kini sudah tidak tinggal bersama Rani, Lana memutuskan untuk menyewa sebuah rumah kecil dan bermaksud untuk tidak selalu merepotkan Rani. Pekerjaan nya juga cukup baik, meskipun bekerja di bar tapi Lana benar-benar pintar menjaga diri, ditambah lagi dengan perilaku Ramon atasannya yang selalu menitipkan Lana kepada para karyawan lainnya agar Lana tidak diganggu oleh tamu manapun. Hanya Alfian sajalah tamu yang bisa duduk mengobrol bersama Lana, tentu saja karena Lana dan Alfian sudah saling mengenal dan Alfian pun ternyata cukup baik pada Lana, ia menempatkan diri sebagai sosok pelindung untuk Lana dan sellau bertindak sopan pada Lana, hal ini lah yang membuat Lana merasa nyaman.

Dari luar rumah besar itu begitu sunyi, rumah terbesar dan termegah di kompleks perumahan itu tampak berdiri paling angkuh diantara rumah-rumah lainnya, mungkin saja karena rumah tersebut telah penuh dengan aura dari sang pemilik, malam itu di ruang kerja nya, masuk sang pengawalnya yang bertubuh cukup besar "kau sudah dapatkan semua informasi mengenai latar belakang nya?" pria itu bertanya tanpa memandang wajah pengawalnya, ia tampak fokus memandang wajah pada secarik foto ditangannya. "dia dibesarkan oleh neneknya selama ini, orang tua nya telah meninggalkannya sejak ia masih berusia 10th, ayah nya dikabarkan mati bunuh diri karena kaget dengan pernikahan muda yang disebabkan oleh kehamilan diluar nikah, sementara ibu nya pergi meninggalkan nya begitu saja dan tidak pernah kembali" sang pengawal bercerita sebanyak yang ia tau, ia pun memberikan sebuah dokumen berisi foto-foto pertumbuhan seorang gadis, "siapa dan dimana ibu nya saat ini?"  pria itu menatap tajam data-data di hadapannya, "kami belum mendapatkan informasi mengenai hal itu, tapi akan segera kami temukan info nya bos" sang pengawal memohon diri. Pria itu memandangi dalam-dalam foto gadis itu, ada kebencian yang cukup dalam pada gadis tersebut, tetapi ada keteduhan di mata pria tersebut setiap kali mengingat akan gadis itu "kau milikku" bisiknya pada lembaran foto-foto tersebut.

Hari ini Lana genap berusia 21 tahun, entahlah tapi bagi Lana ulang tahun nya tak begitu penting. Ada hal lain yang ingin Lana lakukan dihari ulang tahun nya. Hal yang telah cukup lama Lana fikirkan dan renungkan, tapi kali ini Lana sudah mantap dia harus melakukannya. Siang itu Lana masuk ke Aluna Resto, tempat yang sudah sangat dia kuasai setiap sudut nya, biasanya dia datang kesini jika bos nya Ramon memintanya menemui nya, tapi kini Lana datang untuk mencari Ramon, "Ramon tidak ada disini" tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Lana yang tengah mengintip ruangan Ramon, "Ramon sedang ada urusan diluar kota dia sudah pergi sejak 3 hari yang lalu, sepertinya hari ini dia belum kembali" ternyata suara Shinta yang menghampiri nya, Shinta si manager yang dulu Lana fikir membencinya, tapi ternyata tidak Shinta memang memiliki sikap demikian, tegas, cukup terbuka, dan agak angkuh, tapi sebenarnya dia cukup baik, dia bahkan pernah menolong Lana ketika Lana pingsan di bar beberapa waktu lalu karena anemia yang kambuh, Shinta lah yang membawa Lana ke rumah sakit dan menjaga Lana sampai siuman bahkan ikut bermalam di rumah sakit juga dengan Lana, Lana tidak mau terlalu dekat dengan Shinta tetapi Lana sebenarnya cukup senang mengetahui bahwa tidak semua yang ia fikirkan tentang seseorang itu benar, "Iya mba, aku mau bertemu si bos," "siapa yang mau bertemu dengan Ramon?" seorang gadis tiba-tiba muncul dibelakang Shinta, gadis itu sangat cantik dengan mata besar kecoklatan, alis tebal, bibir tipis yang dihiasi dengan lipstik bewarna nude yang membuat bibir gadis itu terlihat basah dan menawan, ia mengenakan dress terusan diatas dengkul berwarna hijau dengan potongan cukup rendah dibagian dada nya, kulitnya yang putih bersih semakin membuat warna dress tersebut hidup dikulit nya, Lana bahkan seperti membayangkan sedang berhadapan dengan peri hutan seperti dalam novel-novel yang sering dibacanya "kamu ya?" gadis itu menghampiri Lana lebih dekat seperti menyelidik, memandang Lana dari ujung rambut hingga ujung kaki, Lana yang saat itu mengenakan polo shirt bewarna putih dengan dibalut celana jeans biasa beserta sepatu murahan tanpa sedikitpun make up diwajahnya seperti merasa terpojok dengan pandangan gadis itu, "iya saya mba" jawab Lana, "eh memangnya saya ini mba kamu apa ya? Ramon sedang ada urusan, kalau kamu ada perlu sama Ramon bisa sama saya aja kok" tiba-tiba gadis itu mendekat ke arah Lana seperti mencari sesuatu "eh kamu bau ini, lavender ya?" Lana kaget gadis itu bisa menghirup parfume yang dia gunakan "Iya mba, itu parfume saya" "Haha mba lagi, yaudah sekarang kau mau bicara atau tidak?kalau tidak aku mau makan siang, aku sudah sangat lapar" gadis itu tertawa kecil, "tidak mba, tidak begitu penting juga kok, lain kali saja, permisi" Lana lagsung pamit pada gadis itu dan juga Shinta.


Siapa gadis itu? bisik Lana pada dirinya sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar